- Naga adalah salah satu makhluk legenda yang memiliki karakteristik serupa dengan makhluk reptil yang muncul dalam banyak cerita rakyat. Naga banyak dikenal dalam berbagai peradaban. Mulai dari peradaban Yunani, Romawi, China, hingga Hindu-Budha. Naga sendiri diketahui berbentuk seperti makhluk setengah ular dan setengah manusia yang dipercaya berasal dari India dan itu, naga juga kerap digambarkan sebagai ular raksasa yang bisa terbang di langit dan bahkan bisa berenang di laut dalam. Lantas, bagaimana asal-usul naga? Baca juga Asal Usul Lintah dalam Cerita Rakyat NTBAsal-usul naga Naga pada awalnya digambarkan oleh masyarakat Yunani dan Sumeria Kuno dalam bentuk ular terbang yang besar. Hal ini sesuai dengan asal-usul istilah naga sendiri, yang dalam Bahasa Inggris disebut dragon. Istilah dragon sendiri diambil dari Bahasa Yunani drakon, yang digunakan untuk menyebut setiap ular besar. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa naga pada mulanya digambarkan sebagai makhluk yang menjaga sesuatu yang dianggap sangat berharga. Pada dasarnya, naga digunakan untuk menjaga harta karun, benda pusaka, atau bahkan orang penting sebagai putri raja.
CeritaAsal Mula Telaga warna. Udin dan keluarga sedang berlibur di daerah asal yaitu tepatnya berada di Provinsi Jawa Barat. Nah di lingkungan tempat tinggal udin terdapat tempat wisata yaitu Telaga Warna. Dimana tempat wisata Telaga Warna ini terletak di Kawasan Puncak Bogor. Saat Udin berwisata disana, ayah Udin menceritakan Asal Mula Telaga0% found this document useful 0 votes2K views2 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views2 pagesCerita Rakyat Asal Usul Telaga WarnaJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
TelagaWarna juga memiliki banyak legenda tentang asal mulanya, mulai dari pakaian putri dan ratu yang terbang ke telaga, cincin bangsawan, hingga kalung putri raja. Beberapa masyarakat percaya bahwa asal-usul Telaga Warna berasal dari seorang putri dan ratu yang suatu hari memutuskan untuk mandi di sebuah telaga.
Telaga Warna menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi turis lokal dan internasional. Namun, sudah tahukah kamu tentang cerita rakyat terbentuknya asal mula Telaga Warna? Kalau belum, langsung simak ulasannya di sini, yuk!Di Indonesia, terdapat dua telaga warna yang menjadi tujuan wisata populer, yakni Telaga Warna di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat dan Telaga Warna di Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Dalam artikel ini akan diulas mengenai legenda asal mula Telaga Warna di Jawa yang sudah diceritakan secara turun-temurun ini mengandung pesan moral yang barangkali bisa kamu petik. Selain itu, fakta-fakta menarik yang berkaitan dengan telaga ini juga bisa menambah Tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang asal usul Telaga Warna di Jawa Barat? Kalau iya, mari simak ulasan yang dilengkapi pembahasan unsur intrinsiknya di bawah ini, yuk! Sumber Instagram – _itskhan Dalam kisah asal mula Telaga Warna di Jawa Barat, diceritakan bahwa pada zaman dahulu di daerah tersebut berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kutatanggeuhan. Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Suwartalaya sebagai raja dan sang permaisuri yang bernama Ratu Purbamanah. Di bawah kepemimpimpinan Prabu Suwartalaya, rakyat yang tinggal di Kerajaan Kutatanggeuhan hidup dalam kemakmuran dan ketenteraman. Sayangnya, kebahagiaan yang dirasakan oleh rakyat Kutatanggeuhan tidak dialami oleh sang raja dan ratu yang belum kunjung dikaruniai anak. Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah telah mencoba beragam cara untuk mendapatkan momongan, salah satunya adalah dengan meminum ramuan yang dikonsumsi oleh raja dan ratu. Selain itu, pasangan suami istri ini juga telah mengundang banyak dukun untuk bisa membacakan mantra-mantra agar sang ratu segera hamil. Penasihat kerajaan kemudian menyarankan raja dan ratu untuk mengangkat anak yatim piatu saja karena masih banyak anak dari perwira dan prajurit yang ditinggal oleh orangtua mereka setelah gugur di medan perang. Namun, Prabu Suwartalaya menganggap kalau anak angkat tidak sama dengan anak kandung. Meskipun masih memimpin dengan bijaksana, tapi Prabu Suwartalaya sering didapati sedang murung ketika sendirian. Begitu pun dengan Ratu Purbamanah yang terus menangis karena harapannya untuk mendapatkan momongan tak segera dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Usaha Terakhir Raja dan Ratu Selanjutnya dalam dongeng asal mula Telaga Warna di Jawa Barat, dikisahkan bahwa akhirnya Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah pamit meninggalkan kerajaan sementara waktu. Sang raja kemudian meminta penasihat dan orang-orang kepercayaannya untuk memerintah dan menjaga kerajaan selama ia dan istrinya bertapa. Sang raja dan ratu kemudian bertapa selama berminggu-minggu dan hanya mengucapkan satu permintaan dalam doa mereka, yakni agar segera dikaruniai anak. Hingga akhirnya pada suatu hari ada suara yang menjawab doa mereka. Mula-mula, suara tanpa wujud itu menanyakan apa permintaan Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah. Pasangan suami istri itu kemudian menjawab ingin mempunyai anak. Pertanyaan selanjutnya adalah kenapa sang raja dan ratu tidak mau mengangkat anak dan dijawab oleh Prabu Suwartalaya bahwa mereka tidak ingin anak angkat, tapi anak kandung. Lalu, suara itu kemudian menyuruh Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah untuk pulang ke Kerajaan Kutatanggeuhan. Beberapa minggu setelahnya, permaisuri menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Berita hamilnya sang ratu akhirnya menyebar hingga ke seluruh wilayah kerajaan dan disambut dengan suka cita oleh raja, orang-orang kerajaan, dan rakyat. Setelah kurang lebih sembilan bulan, sang permaisuri akhirnya melahirkan seorang bayi perempuan cantik yang diberi nama Putri Gilang Rukmini. Baca juga Dongeng Kancil dan Buaya Beserta Ulasannya yang Akan Membuatmu Terkesan! Awal Mula Bencana Sebagai satu-satunya putri kerajaan, Gilang Rukmini diperlakukan dengan istimewa. Apa pun yang ia pinta akan berusaha semaksimal mungkin diwujudkan oleh raja dan ratu. Selain itu, rakyat juga ikut memberikan hadiah-hadiah yang mewah kepada sang putri. Terbiasa mendapatkan perlakuan spesial dari orangtua dan rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan, Gilang Rukmini akhirnya tumbuh menjadi putri cantik jelita yang manja. Kecantikannya sendiri tak ada yang menandingi, wanita-wanita lain di seluruh negeri tidak bisa dibandingkan dengan putri dari Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah ini. Saat usia Gilang Rukmini menginjak usia tujuh belas tahun, Kerajaan Kutatanggeuhan mengadakan perayaan besar dan meriah untuk sang putri tercinta. Rakyat pun ikut berlomba-lomba untuk memberikan hadiah berharga, yakni perhiasan emas dan permata untuk sang putri. Prabu Suwartalaya kemudian mengumpulkan hadiah perhiasan emas dan permata untuk dibuat menjadi perhiasan baru yang lebih indah ke seorang empu. Ketika hari perayaan tiba, perhiasan dari sang raja telah berhasil diubah menjadi kalung emas yang indah oleh sang empu. Raja dan ratu sangat mengagumi kalung indah itu dan yakin putri kesayangan mereka akan menyukai kadonya. Seluruh rakyat pergi berbondong-bondong ke halaman istana untuk merayakan ulang tahun putri Gilang Rukmini. Terbentuknya Telaga Warna Di depan rakyat yang ia pimpin, Prabu Suwartalaya disaksikan oleh istrinya memberikan perhiasan kalung indah kepada Gilang Rukmini. Namun, tak disangka ternyata sang putri tidak mau menerima kado dan melemparkan kalung itu di depan orangtua dan rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan. Semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut kaget dan hanya bisa diam. Tak lama, terdengarlah isakan tangis Ratu Purbamanah. Ibunda sang putri kemudian mengatakan betapa sakit hatinya melihat kelakuan Gilang Rukmini yang tidak tahu terima kasih. Kesedihan yang dirasakan oleh Ratu Purbamanah membuat rakyat ikut berderai air mata, terutama kaum wanita. Di tengah-tengah ramainya tangisan, tiba-tiba terjadilah suatu keajaiban. Mata air muncul di halaman istana dan lama-lama semakin membesar. Air deras yang terus keluar dari dalam bumi itu kemudian menenggelamkan rakyat, raja dan ratu, putri, serta siapa saja yang ada di sekitar istana. Banyaknya volume air kemudian menenggelamkan istana dan seluruh wilayah Kerajaan Kutatanggeuhan yang akhirnya menciptakan sebuah telaga. Telaga yang airnya selalu menampilkan warna yang berbeda-beda di bawah sinar matahari itu kemudian dijuluki Telaga Warna. Warna-warna itu diduga merupakan pantulan dari peninggalan perhiasan-perhiasan putri Gilang Rukmini yang ada di dasar telaga. Baca juga Legenda Joko Kendil Beserta Ulasan Lengkapnya yang Menarik dan Seru untuk Disimak Unsur Intrinsik Asal Mula Telaga Warna Sumber Instagram – haniffakhry_ Setelah menyimak tentang cerita lebih lanjut mengenai asal mula Telaga Warna di Jawa Barat, saatnya kamu mengetahui apa saja unsur intrinsik yang ada di dalamnya. Informasinya dapat kamu simak di pembahasan berikut 1. Tema Tema dari legenda Telaga Warna di atas adalah perilaku durhaka seorang anak terhadap orangtua. Di akhir cerita, musibah air bah yang keluar dari dalam bumi akhirnya menenggalamkan seluruh penduduk kerajaan. 2. Tokoh dan Perwatakan Terdapat tiga tokoh utama yang memiliki peran penting dalam kelangsungan kisah Telaga Warna di Jawa Barat. Sebut saja Prabu Suwartalaya, Ratu Purbamanah, dan Putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya adalah raja yang setia, bijaksana, dan berhasil memimpin kerajaannya menjadi makmur dan tentram. Selain itu, ia juga merupakan sosok ayah yang penuh kasih sayang. Sementara itu, Ratu Purbamanah digambarkan sebagai karakter yang tabah dan berhati lemah lembut. Kasih sayangnya kepada sang putri juga tidak bisa dipertanyakan lagi. Memiliki paras yang cantik, karakter Putri Gilang Rukmini sendiri cenderung manja dan selalu ingin dipenuhi keinginannya. Selain itu, ia juga tidak bisa menghargai pemberian orang lain. 3. Latar Berdasarkan jalan cerita dalam kisah Telaga Warna di Jawa Barat, setidaknya ada tiga latar yang dipakai. Pertama adalah istana tempat kediaman Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah, kemudian tempat di mana sang raja dan ratu bertapa, dan terakhir adalah halaman istana di mana perayaan ulang tahun Putri Gilang Rukmini digelar. 4. Alur Berdasarkan jenisnya, alur cerita rakyat terbentuknya Telaga Warna di Jawa Barat termasuk dalam alur maju atau progresif. Bagian awal kisah menceritakan tentang Kerajaan Kutatanggeuhan yang sejahtera dan tenteram. Selanjutnya, konflik dibangun dengan munculnya masalah raja dan ratu yang tidak memiliki keturunan. Ketika Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah akhirnya dikaruniai putri yang cantik jelita, sikap mereka yang terlalu memanjakan putri tercinta menjadi bumerang di kemudian hari. Puncak konflik terjadi ketika Putri Gilang Rukmini melempar kalung yang sebenarnya adalah hadiah dari rakyat dan orangtuanya. Cerita kemudian ditutup dengan munculnya sumber mata air dari dalam bumi yang akhirnya menenggelamkan Kerajaan Ketatanggeuhan. Wilayah kerajaan yang tenggelam itu kemudian menjadi sebuah telaga. 5. Pesan Moral Dari asal mula Telaga Warna di Jawa Barat di atas, kamu dapat mengambil pesan moral yang bisa diterapkan dalam hidup. Amanat pertama adalah untuk menghargai pemberian orang lain dalam bentuk apa pun. Selanjutnya, jangan bersikap durhaka kepada orangtua karena mereka adalah orang-orang yang telah merawatmu sejak kecil. Jika memang berselisih pendapat, selesaikan dengan baik-baik. Amanat terakhir adalah untuk tidak terlalu memanjakan anak. Jika memang ingin menumbuhkan kepribadian yang baik pada anak, perilakukan ia sewajarnya saja. Apa pun yang terlalu berlebihan itu tidak baik. Kamu juga bisa mengambil unsur ekstrinsik dari cerita rakyat Telaga Warna di Jawa Barat. Sebut saja norma yang berlaku di masyarakat yang terdiri dari, nilai budaya, sosial, dan moral. Baca juga Legenda Lutung Kasarung dan Putri Purbasari Beserta Ulasan Menariknya Fakta Menarik Sumber Instagram – lutfihasibulawal Sudah puas menyimak ulasan tentang cerita rakyat Telaga Warna di Jawa Barat? Kalau iya, kali ini informasi berikut akan mengulas seputar fakta-fakta menarik yang berhubungan dengan telaga tersebut. Yuk, simak! 1. Perubahan Warna Telaga Lewat Ilmu Sains Jika sinar matahari tidak ditutupi oleh awan, maka kamu bisa melihat perubahan warna yang dipantulkan telaga. Kadang warnanya bisa hijau menyatu dengan pepohonan yang ada di sekeliling telaga, kadang juga berubah menjadi kuning gelap, kuning terang, ataupun cokelat. Secara ilmiah, pergantian warna itu sebenarnya disebabkan oleh ganggang yang tumbuh di telaga. Tumbuhan jenis algae itu hidup memenuhi telaga dan bisa mempengaruhi warna air. 2. Dijadikan Obyek Wisata Meskipun terlahir dari legenda yang menyedihkan, Telaga Warna sebenarnya merupakan salah satu destinasi wisata yang populer di Jawa Barat. Banyak turis dari dalam dan luar negeri yang mengunjungi tempat wisata ini. Beragam kegiatan dapat kamu lakukan ketika mengunjungi Telaga Warna. Beberapa di antaranya adalah naik sampan hingga ke tengah danau, naik wahana flying fox, dan memberi makan monyet liar yang tinggal di sekitaran telaga. Tak lupa, kamu juga bisa mengobrol dan mengambil foto-foto keren berlatar belakang pemandangan alam yang indah. Asal Mula Telaga Warna yang Berisikan Pesan Moral yang Bijaksana Demikian cerita rakyat Telaga Warna di Jawa Barat yang dapat kami rangkum. Apakah kamu tertarik untuk membagikan kisah di atas kepada anak ataupun keponakan-keponakan kesayanganmu? Jika tertarik dengan cerita-cerita rakyat lainnya, maka kamu perlu sering-sering mengunjungi situs PosKata. Beberapa kisah menarik yang mungkin bisa kamu simak adalah legenda Situ Bagendit, kisah Malin Kundang, dan asal usul Kota Banyuwangi. Selamat membaca! PenulisAulia DianPenulis yang suka membahas makeup dan entertainment. Lulusan Sastra Inggris dari Universitas Brawijaya ini sedang berusaha mewujudkan mimpi untuk bisa menguasai lebih dari tiga bahasa. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
SOLOPOSCOM - Telaga Warna Dieng Plateau, 2012. (Jimmy McIntyre via Wikimedia) Solopos.com, WONOSOBO — Asal-usul Kawasan Dataran Tinggi Dieng yang berada di tengah-tengah Pulau Jawa, sebagian besar masuk wilayah Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, Jawa Tengah. Dieng juga disebut dengan Dihyang yang berasal dari bahasa Jawa Kuno; di berarti Di Indonesia ada dua telaga warna yang menjadi salah satu tempat wisata populer. Yakni telaga warna puncak Bogor Jawa Barat dan telaga warna Dieng Wonosobo Jawa Tengah. Artikel ini akan menceritakan legenda telaga warna puncak Bogor Jawa Barat. Asal mula telaga warna merupakan contoh cerita fiksi yang cukup melegenda di kalangan masyarakat Jawa Barat. Dalam cerita ini banyak pesan moral yang dapat kita ambil hikmahnya. Bagaimana asal usul telaga warna di Jawa Barat? Berikut kisahnya. Keinginan Raja dan Ratu untuk Memiliki AnakRaja dan Ratu Bertapa Agar Memiliki AnakKelahiran Putri RajaHadiah untuk Sang PutriAsal Mula Telaga WarnaUnsur Intrinsik Asal Mula Telaga WarnaTemaTokoh dan PerwatakanAlurLatarSudut PandangAmanat / Pesan MoralFakta Menarik Telaga WarnaMenjadi Tempat WisataPenjelasan Ilmu Sains Tentang Perubahan Warna TelagaPenutup Keinginan Raja dan Ratu untuk Memiliki Anak Pada zaman dahulu, di Provinsi Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan yang tenang dan makmur. Rakyatnya makmur dan sejahtera karena di pimpin seorang raja dan ratu yang bijaksana. Kerajaan tersebut bernama Kerajaan Kutatanggeuhan. Nama Raja Kutatanggeuhan adalah Prabu Suwartalaya. Nama ratu kerajaan tersebut adalah Ratu Purbamanah. Namun, kesenangan rakyatnya tidak sama dengan Raja dan Ratu. Hingga saat ini, Raja dan Ratu belum memiliki anak. Hal inilah yang menjadikan keduanya tidak bahagia, meskipun memimpin kerajaan yang makmur dan sejahtera. Sering kali Raja melihat Ratu menangis karena mendambakan seorang anak. Tentu saja keadaan ini membuat Raja sedih. Sebenarnya Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah sudah melakukan berbagai upaya agar memiliki anak. Salah satunya dengan mendatangkan banyak dukun untuk membacakan mantra agar Ratu hamil. Dan juga mereka berdua sering meminum bermacam-macam ramuan agar dapat memiliki keturunan. Namun, upaya yang dilakukan tidak membuahkan hasil sehingga keduanya sering di landa kesedihan yang mendalam. Karena sudah lama belum memiliki keturunan, suatu hari penasehat Kerajaan menyarankan mereka untuk mengangkat anak. Anak yatim piatu cukup banyak di Kerajaan Kutatanggeuhan. Anak yatim piatu itu berasal dari perwira dan prajurit Kerajaan yang gugur di medan perang. Raja dan Ratu di sarankan untuk mengangkat anak yatim piatu tersebut. Namun, keduanya tidak setuju. Dengan pertimbangan bahwa mereka masih mau berusaha untuk memiliki anak kandung. Dan memiliki anak kandung tentu saja akan berbeda rasanya dengan anak angkat. Raja dan Ratu Bertapa Agar Memiliki Anak Hingga suatu hari Raja dan Ratu memutuskan untuk bertapa di hutan selama beberapa minggu. Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah pamit utuk meninggalkan kerajaan dalam beberapa minggu. Sang Prabu meminta orang kepercayaannya untuk menjaga dan memerintah kerajaan selama Raja dan Ratu bertapa. Selama bertapa, Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah fokus untuk meminta keturunan. Hingga pada suatu hari ada suara tanpa wujud seolah sedang menjawab apa yang mereka inginkan. Suara tanpa wujud itu kemudian menanyakan maksud dan tujuannya bertapa kepada sepasang suami istri. Pasangan suami istri kemudian menjawab bahwa mereka ingin memiliki keturuan. Selanjutnya, suara itu menyuruh Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah untuk kembali ke Kerajaan Kutatanggeuhan. Kemudian selang beberapa minggu setelah keduanya bertapa di hutan, Ratu Purbamanah mulai menunjukkan tanda kehamilan. Setelah di cek, ternyata Ratu benar hamil. Berita baik ini langsung menyebar ke seluruh wilayah Kerajaan Kuta Tanggeuhan. Rakyat bersuka cita menyambut kabar baik tentang kehamilan Ratu. Dan para rakyat membanjiri istana dengan hadiah sebagai ungkapan rasa bahagia. Kelahiran Putri Raja Setelah kurang lebih sembilan bulan Ratu mengandung, lahirlah seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Putri raja Kerajaan Kutatanggeuhan diberi nama Putri Gilang Rukmini. Rakyat kerajaan Kutatanggeuhan kembali mengirimi hadiah ke istana sebagai ungkapan senang atas lahirnya anak raja. Putri kecil raja tumbuh menjadi anak yang cantik dan lucu di usianya yang masih kecil. Dan menjadi putri yang sangat cantik di usianya yang masih remaja. Raja dan Ratu sangat menyayangi anak satu-satunya itu. Mereka memberikan apapun yang putrinya inginkan. Namun, karena terlalu menuruti apapun yang di inginkan anaknya. Putri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis yang manja. Meskipun Putri Gilang Rukmini menjadi putri paling cantik di Kerajaan. Namun dia memiliki sifat yang tidak sopan. Ketika keinginannya tidak terpenuhi, Gilang Rukmini akan marah bahkan mengeluarkan kata-kata yang kasar. Namun Raja dan Ratu tetap menyayanginya dan selalu memperlakukan Gilang Rukmini dengan baik. Baca Juga √ Ringkasan Cerita Rakyat Telaga Bidadari dan Unsur Intrinsiknya Hadiah untuk Sang Putri Suatu hari ketika Putri Gilang Rukmini berusia tujuh belas tahun, Kerajaan Kutatanggeuhan mengadakan pesta besar-besaran. Rakyatpun berlomba-lomba mengirim hadiah yang bagus seperti emas dan permata untuk sang putri. Prabu Suwartalaya mengumpulkan hadiah emas dan permata tersebut untuk di jadikan kalung yang cantik. Prabu Suwartalaya kemudian membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong ubah perhiasan ini menjadi kalung yang cantik untuk putriku tercinta”. Kata sang raja. “Dengan senang hati Yang Mulia Raja, hamba akan membuat kalung yang indah dan satu-satunya di dunia”. Jawab sang empu. Sang empu kemudian membuat kalung yang indah dengan sepenuh hati sesuai permintaan raja. Ketika hari perayaan tiba, hadiah perhiasan dari rakyat yang di kumpulkan raja berhasil di ubah menjadi kalung yang cantik oleh sang empu. Keindahan kalung tersebut membuat Raja dan Ratu kagum, sehingga keduanya yakin bahwa sang putri akan menyukainya. Seluruh rakyat pergi ke istana untuk merayakan ulang tahun putri Gilang Rukmini dengan penuh suka cita. Ketika Raja dan Ratu tiba di halaman istana, rakyat menyambut dengan penuh suka cita. Sambutan meriah semakin terdengar ketika sang putri muncul di hadapan semua orang. Seluruh rakyat mengagumi kecantikan sang putri. Di depan rakyat yang di pimpin dan di saksikan sang ratu, Prabu Suwartalaya memberikan kalung indah kepada Putrinya yakni Gilang Rukmini. “Putriku, kalung indah ini adalah hadiah untukmu. Pemberian rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan yang sangat mencintaimu. Hadiah ini mereka persembahkan hanya untukmu sebagai ungkapan syukur melihatmu tumbuh dewasa. Pakailah kalung ini putriku!”. Kata Prabu. Namun hal yang tak terduga terjadi. Sang putri tidak mau menerima kado ulang tahun itu. Putri Gilang melempar kalung itu di depan orang tua dan rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan yang mencintainya. Kalung yang indahpun menjadi rusak. Emas permatanya tersebar dimana-mana. “Aku tidak mau memakai kalung ini! Kalung ini sangat jelek!”. Sahut sang putri. Semua orang yang menyaksikan kejadian ini sangat kaget dan tidak menyangka dengan perlakuan sang putri. Seketika suasana menjadi hening, semua orang hanya bisa diam. Tiba-tiba terdengar suara tangis Ratu Purbamanah yang cukup keras. Dia tidak menyangka dengan sikap kurang sopan putrinya. Kemudian meledaklah tangis seluruh rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan. Semua rakyat meneteskan air mata dan terus menangis. Sampai pada akhirnya air mata mulai membanjiri istana. Perlahan mata air muncul di halaman istana dan lama- lama alirannya semakin deras. Air terus keluar dari dalam bumi, sehingga menenggelamkan seluruh rakyat, raja, ratu dan sang putri. Volume air yang cukup banyak menenggelamkan seluruh wilayah Kerajaan Kutatanggeuhan. Hingga akhirnya tercipta sebuah telaga. Telaga ini selalu menampilkan warna yang berbeda di bawah sinar matahari, sehingga dikenal dengan sebutan Telaga Warna. Warna-warna itu di percaya masyarakat sebagai pantulan dari perhiasan Putri Gilang Rukmini yang menyebar di dasar telaga. Baca Juga √ Cerita Rakyat Asal Usul Kali Gajah Wong Unsur Intrinsik Asal Mula Telaga Warna Setelah membaca asal usul telaga warna secara keseluruhan, selanjutnya dapat kita analisis unsur intrinsiknya. Tema Tema CeritaTema cerita rakyat asal usul telaga warna adalah tentang anak yang durhaka pada orang tuanya. Karena perilaku durhakanya, datanglah suatu musibah yang menyebabkan dirinya dan semua orang di sekitarnya tenggelam hingga membentuk telaga. Tokoh dan Perwatakan Tokoh Cerita dan WataknyaTokoh utama dalam cerita rakyat ini ada tiga yaitu Prabu Suwartalaya, Ratu Purbamanah dan Putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartayala adalah seorang raja Kerajaan Kutatanggeuhan yang bijaksana. Karena kebijaksanaan raja, rakyat hidup makmur dan sejahtera. Prabu Suwartayala juga di gambarkan sebagai sosok ayah yang mencintai putrinya dan penuh kasih sayang. Apapun yang putrinya inginkan, sang raja mengabulkannya. Ratu Purbamanah adalah istri Prabu Suwartalaya sekaligus Ratu Kerajaan Kutatanggeuhan yang sabar dan penuh kasih sayang. Kesabaran Ratu di buktikan dengan sikapnya ketika menginginkan anak dan kesabarannya membesarkan putri yang manja. Kasih sayang ratu terhadap putri sudah tidak dapat di ragukan lagi. Ratu sangat memperlakukan putrinya dengan baik. Putri Gilang Rukmini adalah anak Raja dan Ratu Kerajaan Kutatanggeuhan. Pada cerita asal usul telaga warna putri kerajaan memiliki sifat yang manja, kasar dan perilakunya buruk. Meskipun terlahir cantik jelita. Perilaku buruk putri Gilang di gambarkan ketika dia melempar kalung pemberian ayahnya. Hal ini menunjukkan bahwa putri tidak bisa menghargai pemberian orang yang menyayanginya. Alur Alur CeritaAlur cerita telaga warna adalah alur maju. Di bagian awal menceritakan tentang Kerajaan Kutatanggeuhan yang makmur dan sejahtera. Kemudian muncul konflik yaitu raja dan ratu yang tidak memiliki keturunan. Konflik pertama mampu teratasi dengan lahirnya seorang putri raja. Konflik selanjutnya muncul kembali yakni putri raja memiliki kepribadian yang kurang baik karena Raja dan Ratu terlalu memanjakannya. Puncak konfliknya terjadi ketika Putri Gilang Rukmini membuang kalung pemberian raja yang sebenarnya hadiah dari rakyatnya. Kemudian cerita ini di tutup dengan munculnya sumber mata air karena kesedihan rakyat dan orang tua putri. Yang pada akhirnya mata air itu menenggelamkan seluruh wilayah Kerajaan Kutatanggeuhan dan menjadi sebuah telaga. Latar Latar CeritaLatar cerita dalam legenda telaga warna ada dua tempat. Yang pertama di Istana Kerajaan Kutatanggeuhan dan kedua Hutan tempat Raja dan Ratu bertapa. Sudut Pandang Sudut Pandang CeritaSudut pandang dalam legenda telaga warna adalah sudut pandang orang ketiga. Karena legenda ini menceritakan kisah orang lain dengan menggunakan kata ganti orang ketiga seperti mereka dan dia. Amanat / Pesan Moral Psan Moral Cerita Amanat yang terkandung dalam cerita asal mula telaga warna yaitu hargailah pemberian orang lain dalam bentuk apapun. Pesan moral lainnya adalah bersikap baiklah kepada orang tua, durhaka kepada orang tua hanya akan membawa petaka. Terlalu memanjakan anak akan membawa dampak yang kurang baik kedepannya. Perlakukan anak sewajarnya, terlalu sayang sampai memanjakannya itu tidak baik Fakta Menarik Telaga Warna Selain menyimpan legenda yang di percaya dalam kalangan masyarakat, ada beberapa fakta unik telaga warna Jawa Barat. Kira-kira apa ya? Simak pembahasan berikut ini. Menjadi Tempat Wisata Meskipun telaga warna berasal dari legenda yang menyedihkan. Ternyata telaga warna merupakan salah satu tempat wisata yang cukup populer di Jawa Barat. Banyak pengunjung yang datang ke tempat ini. Baik dari dalam negeri maupun pengunjung dari luar negeri. Ketika mengunjungi tempat wisata telahar warna, banyak hal yang dapat di lakukan oleh pengujung. Seperti naik sampan hingga ke tengah danau, memberi makan monyet liar di sekitar telaga hingga naik wahana flying fox. Kita juga dapat mengabadikan momen dengan mengambil foto-foto keren berlatar telaga warna. Pemandangan alam yang indah dan mempesona sayang untuk di lewatkan. Penjelasan Ilmu Sains Tentang Perubahan Warna Telaga Secara ilmiah, pergantian warna telaga di pengaruhi oleh ganggang yang tumbuh di telaga. Ganggang adalah tumbuhan jenis algae yang hidup di sekitar telaga dan mempengaruhi warna air. Jika matahari cerah tidak di tutupi awan, maka kita dapat melihat perubahan warna yang di pantulkan telaga. Terkadang warnanya berubah menjadi kuning, coklat hingga menjadi warna hijau yang menyatu dengan warna pepohonan sekitar telaga. Penutup Nah, itulah ringkasan cerita asal mula telaga warna Jawa Barat. Gimana? Menarik bukan asal usulnya? Semoga legenda di atas dapat menginspirasi kita semua. TelagaWarna adalah salah satu objek wisata yang berada di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. [1] Telaga ini merupakan salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Wonosobo. [2] Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang 1U55O.